Senin, 13 Mei 2013
Rabu, 16 Januari 2013
Pendekatan Psikologi
Tingkah laku
dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada
5 cara pendekatan, yaitu
Pendekatan neurobiologis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
Diambil dari :
id.wikipedia.org/wiki/PendekatanPsikologi
Sejarah Singkat Psikilogi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan
logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena
sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi
dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya,
sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu
yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran
tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan
kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu
sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi
pertama didunia.
Fungsi psikologi sebagai ilmu
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
Menjelaskan
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
Menjelaskan
Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa
tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan
yang bersifat deskriptif.
Memprediksikan
Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa,
bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa
prognosa, prediksi atau estimasi.
Pengendalian
Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau
pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Diambil dari :
id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
Sensasi Dan Presepsi
Sensasi
Sensasi adalah tahap pertama stimuli mengenai indra
kita. Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang
menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi
adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian
verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan
kegiatan alat indera.
Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima
informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau
pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai
dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar
(eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor
(misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor
(misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor
(misalnya, organ vestibular).
Benyamin B.
Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan sensasi sebagai “pengalaman
elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Apa pun definisi
sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat
penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas fisik
lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh
pengetahuan dan semua kemapuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat
indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan, karena
rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas ( Lefrancois, 1974, dalam rahmat, 1994).
Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga
sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya
yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.
Perhatian
(Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya
melemah (Kenneth E. Andersen)
Faktor
Eksternal Penarik Perhatian
Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional
personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian
yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter)
dan sifat-sifat yang menonjol, seperti :
- Gerakan (Movement) secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
- Intensitas Stimuli (Stimulus Intensity), kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain
- Kebaruan (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian.
- Perulangan (Repeatation), hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian.
Faktor
Internal Penarik Perhatian
Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian
orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita
lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari
faktor-faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi
perhatian kita adalah :
- Faktor-faktor Biologis
- Faktor-faktor Sosiopsikologis.
- Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.
Kenneth E. Andersen, menyimpulkan dalil-dalil tentang
perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
- Perhatian itu merupakan proses aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
- Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan kita.
- Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikat, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita.
- Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
- Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan
- Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepi kita akan betul-betul cermat.
- Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita,
- Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
- Intesitas perhartian tidak konstan
- Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
- Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian
- Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
- Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan memertahankan perhatian
Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang ingin kita sebut sebagai
faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memeberikan respons pada stimuli itu.
Kerangka
Rujukan (Frame of Reference)
Sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal
dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Dalam
eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukan bahwa penilaian terhadap
objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam
kegiatan komunikasi kerangka rujukan memengaruhi bagaimana memberi makna pada
pesan yang diterimanya.
Faktor-faktor
Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor-faktor struktural berasal semata-mara dari
sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkanny pada system saraf
individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka,
merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip
ini kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori Gestalt,
mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Dengan
kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kia ingin memahami suatu
peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus
memandangnya dalam hubungan keseluruhan
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi,
menjadi empat bagian :
- Dalil persepsi 1: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
- Dalil persepsi 2 : Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
- Dalil persepsi 3 : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.
- Dalil persepsi 4 : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.
Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni
structural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu,
tidaklah dianggap sama atau berdekatan dengan individu yang lainnya. Dalam
komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator
untuk meningkatkan kredibilitasnya, atau mengakrabkan diri dengan orang-orang
yang punya prestise tinggi. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan
stimuli ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kecenderungan untuk
mengelompokan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang
universal.
Langganan:
Postingan (Atom)