Rabu, 16 Januari 2013

PENGARUH SOSIAL





 PENGARUH SOSIAL 

 


Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok. Seberapa jauh dan mendalamnya pengaruh sosial terhadap sikap, perilaku dan komunikasi. Berikut pembahasannya.
A. TINGKATAN PENGARUH SOSIAL

Terdapat perbedaan tingkat penerimaan pengaruh sosial pada individu dalam hal ini terdapat dua kemungkinan, Anda mungkin akan menerima sepenuhnya pengaruh pengaruh orang lain tersebut (acceptance) atau Anda hanya melakukan perubahan secara parsial (hanya untuk memenuhi), tidak menerima pengaruh tersebut secara utuh (compliance).
1. Acceptance(Penerimaan)

Perubahan yang terjadi di dalam batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial disebut dengan penerimaan (acceptance). Jika seseorang atau sebuah kelompok meyakinkan Anda untuk mempercayai dan juga bertindak seperti yang diinginkan maka perubahan yang Anda lakukan berdasarkan proses yang terjadi di dalam batin. Berikut merupakan bentuk – bentuk dari acceptance.
a. Indentification (Identifikasi)

Kita mungkin menerima pengaruh karena kita mengindentifikasi atau memihak sebuah kelompok, individu atau karena alasan tertentu. Identifikasi membantu mempertahankan hubungan personal antara mereka yang terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi dari perubahan keyakinan dan perilaku bukanlah suatu hal yang penting jika dibandingkan dengan hasilnya. Contoh, Anda memihak suatu lembaga sosial dan meenrima aturan – aturan yang ada pada lembaga tersebut meskipun Anda belum mengetahui aturan – aturan itu secar menyeluruh.

b. Internalization (internalisasi)

Bentuk penerimaan yang paling dalam adalah ketika seseorang merasa yakin untuk mempercayai perubahan sikap. Pada kasus ini, seseorang telah terinternalisasi dengan keyakinan baru, menerima makna dan bentuk sosial. Misalnya, Anda bergabung dengan sebuah lembaga sosial karena Anda sepakat dengan standar yang berlaku di dalamnya (internalisasi), bukan karena Anda merasa anggota lembaga tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2. Compliance

Pada beberapa hal, pengaruh sosial tidak begitu berdampak bagi seseorang, dan juga tidak dapat seutuhnya mengubah sikap. Ketika Anda mengubah perilaku atau ekspresi dari sebuah sikap, tetapi tidak menerima perubahan tersebut secara utuh maka inilah yang disebut dengan compliance.
Bentuk – bentuk compliance adalah sebagai berikut:
a. Conformity (Konformitas)

Bentuk compliance yang paling banyak di teliti adalah konformitas, yaitu berubahnya sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok (group pressure). Ada bebrapa kondisi dan proses yang dapat menghasilkan perubahan, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
b. Obedience (kepatuhan)

Bentuk yang paling menarik dari compliance adalah kepatuhan, di mana pengaruh individu terhadap perubahan perilaku individu lainnya adalah hasil permintaan secara langsung atua perintah.

B. MENERIMA PENGARUH ORANG LAIN

Mengapa kita menuruti dan terkadang menerima pengaruh orang lain? Ada dua alasan atau standar yang dikemukakan para ahli.
1. Pengaruh Normatif

Menurut teori pembandingan sosial, untuk memvalidasi atau mempertegas keyakina sosial kita, kita merundingkan atau mengonsultasikannya dengan perilaku orang lain. Jika pengamatan kita terhadap orang lain memberi suatu pedoman dalam berperilaku (norma) kita mungkin akan terpengaruh untuk meniru tindakan tersebut. Standar atau norma sosial yang didapat dari kepercayaan kita kepada orang lain akan mengarah pada pengaruh normatif.

2. Pengaruh Informasional

Terkadang kita mengubah pikiran dan tindakan karena orang lain telah menunjukkan kita cara/jalan yang lebih baik atau mereka memberi informasi yang berguna. Pengaruh informasi ini tidak hanya menghasilkan compliance, tetapi juga acceptance. Misalnya, dalam suatu proyek penelitian yang anda ikuti, anda mendiskusikan dengan rekan – rekan tentang rencana anda untuk menganalisis data.
C. BENTUK – BENTUK PENGARUH SOSIAL

Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) konformitas, (2) kepatuhan, dan (3) kekuasaan (power). Marilah kita bahas satu per satu.
1. Konformitas

Tidaklah mengherankan jika kita hanya sekedar mengikuti pikiran dan tindakan teman – teman kita atau orang – orang yang kita kenal. Dari berbagai hubungan yang dimiliki, kita mendapat berbagai manfaat, termasuk standar atau norma untuk dapat menyesuaikan diri. Penelitian klasik telah menguji dampak dari kehidupan orang lain, baik orang asing ataupun teman, berdasarkan dua proses, yaitu pembentukan norma (norm formation) dan tekanan kelompok (group pressure).
Berikut marilah kita simak dua proses tersebut dan berkaitan dengan konformitas adalah faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.
a. Pembentukan Norma

Norma – norma adalah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan mempengaruhi tindakan kita. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial, yaitu perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern atau “normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita dengan individu lainnya harus terus saling mempelajari untuk menentukan norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.
Untuk memperjelas pemahaman tentang pembentukan norma ini, berikut dapat Anda pelajari 1) hasil penelitian Sherif, dan 2) tentang penularan sosial (social contagion)
1) Pada tahun 1930-an Muzafer Sherif menguji kekuatan norma – norma yang diterima dalam mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian Sherif menunjukkan bahwa meskipun tidak saling mengenal, orang menyandarkan persepsi orang lain untuk menentukan sebuah norma, lalu menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan norma tersebut. Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya menghasilkan standar bagi perilaku pada saat itu, tetapi juga mempengaruhi penilaian individu untuk masa – masa berikutnya. Ketika kelompok baru menggantikan kelompok lama, norma terdahulu tetap bertahan dan mempengaruhi penilaian individu dalam


kelompok baru tersebut. Daya tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang tetap bertahan selama beberapa generasisesudah norma itu pertama kali terbentuk. PEmbentukan norma menurut Sherif ini dapat lebih dijelaskan dengan proses pembanding sosial, yaitu anggota kelompok, untuk dapat tampil dengan baik. Mendasarkan diri pada pola yang diterima dari penilaian orang lain, lalu menciptakan sebuah norma sosial.
2) Penularan sosial (social Contagion)

Ketika norma terbentuk, norma menyebar luas dengan cepat, Bukankah kita sering heran bagaimana rumor dan lelucon dapat tersebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya? Penelitian menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu penularan sosial, yakni menyebarkan pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil dari interaksi yang dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah yang cukup dan tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit yang berbahaya (yang imajiner). .
b. Tekanan Kelompok (Group pressure)

Kebanyakan sandi tentang conformity menemukan dampak dari kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok itu hadir (anggota – anggotanya hadir secara fisik). Lain waktu mungkin kelompok tersebut imajiner, seperti ketika Anda menganggap bahwa penonton yang lain telah mengisi bangku – bangku yang ada. Penelitian yang paling berpengaruh dalam terhadap tekanan kelompok dilakukan oleh psikolog sosial Solomon Asch. Pada tahun 1940-an dan 1950-an. Asch meneliti pengaruh tekanan kelompok terhadap penilaian dan perilaku individu. Kemudian, penelitian tersebut juga menguji pengaruh tekanan dari kelompok imajiner. Studi Asch menyimpulkan meskipun berada diantara orang yang tidak dikenal, individu secara sosial tepengaruh untuk melakukan konformitas dengan norma – norma, bahkan ketika subjek dapat melihat sendiri realitas yang ada.

c. Faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas

Penelitian yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan beberapa faktor yang dapat menentukan konformitas, yaitu:
1) Ukuran Kelompok

Peningkatan ukuran kelompok, dari tiga hingga lima orang, juga akan meningkatkan kecenderungan di antara para anggotanya untuk menyesuaikan diri.
2) Kebulatan suara (Unanimity)

Kelompok yang sepakat mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang memudahkan anggota lain untuk tidak menyesuaikan diri.
3) Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok adalah loyalitas kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok merujuk pada suatu keadaan dimana para anggota kelompok merasa saling terikat dan memiliki nilai yang dibagi bersama. Kohesi kelompok ditantai oleh “semangat kelompok”. Kohesi kelompok terbentuk dari dansebaliknya mempengaruhi komunikasi dalam kelompok.

4) Komitmen Publik

Penyesuaian lebih tinggi terjadi dalam kelompok yang penilaian dan pilihannya dibuat dihadapan publik. Contoh, pada pemilihan kandidat yang dilakukan secara voting dengan cara menghitung
jumlah tangan yang teracung, anggota kelompok akan merasa mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan opini oranglain. Ini berbeda ketika pemilihan dilakukan secara rahsia agar seseorang akan merasa lebih aman dan lebih bebas dari kecaman oranglain.
d. Perbedaan individual yang mempengaruhi konformitas

Perbedaan yang dimilika masing – masing individu menyebabkan berbeda pula kecenderungan untuk menyesuaikan diri, faktor – faktor yang mempengaruhinya untuk menyesuaikan diri, antara lain:
1) Status

Individu yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mudah melakukan penyesuaian, dibandingkan individu dengan status tinggi. Orang yang berpenampilan baik dan menarik lebih mudah ditiru ketika mereka memberi contoh yang buruk. Orang – orang yang mempunyai pekerjaan dengan status rendah lebih mencari panduan pada atasan (superior).
2) Gender

Meski banyak studi tentang konformitas tidak memperlihatkan adanya perbedaan gender, beberapa di antaranya mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, perempuan lebih konformis daripada lelaki. Dampak dari gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh status yang lebih diungkap sebelumnya.
3) Kepribadian (personality traits)

Perbedaan kepribadian dalam perilaku sosial adalah hal yang menarik.Pertanyaan yang cenderung diajukan adalah “Orang seperti apakah yang menyesuaikan diri?” Bagaimanapun, usaha untuk menemukan hubungan yang tetap antare kepribadian dan penyesuaian diri menghasilkan kesimpulan yang lemah. Beberapa studi mengatakan bahwa orang yang kuat kebutuhannya akan persetujuab sosial (social approval) cenderung mudah menyesuaikan diri. Umumnya, penelitian tentang “kepribadian yang menyesuaikan diri” (conforming personalities) menyebutkan bahwa ketika situasi untuk penyesuaian “kuat”, Kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri mungkin berkaitan dengan pola perilaku oranglain atau kecenderungan pribadi.
4) Budaya

Perbedaan budaya dan bangsa menyebabkan perbedaan nilai – nilai dan tujuan. Sejumlah studi menunjukkan perbedaan budaya mempengaruhi konformitas.

2. Kepatuhan

Setelah PD II banyak orang Amerika merasa yakin bahwa apa yang terjadi di Jerman pada masa Nazi, tidak mungkin terjadi di Amerika karena orang Jerman lebih patuh (dibandingkan orang Amerika pada umumnya) pada pemimpi mereka walaupun pemimpin itu seorang diktator keras seperti Adolf Hitler. Apakah ini benar? Psikolog sosial di Universitas Yale, Stanley Milgram membuat suatu eksperimen yang kontroversial untuk menemukan dasar dari kepatuhan (obedience) sejauh individu akan mematuhi perintah seseorang yang tidak dikenal, tetapi memunyai wewenang. Kesimpulan penting dari penelitian Milgram adalah bahwa situasi sosial dapat sangat berkuasa (berpengaruh). Dalam hal ini terdapat konsep Experimental realism, yakni realitas terhadap pengalaman yang dapat mempengaruhi kepatuhan, dimana individu menafsirkan situasi yang sangat kuat, membuat kebanyakan individu sulit untuk melawan. Meskipun kita terdorong untuk menanyakan “Orang seperti apa yang akan mematuhi perintah untuk menyakiti orang yang tidak bersalah?”, tetapi dalam psikologi sosial, pertanyaan yang lebih bermanfaat adalah “Aspek – aspek apakah dari situasi yang mebuat orang sulit untuk tidak mematuhi perintah?”
Penelitian Milgram lebih lanjut mengidnetifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan individu untuk patuh dan kemampuan untuk tidak patuh, antaralain.
a. Sosok berwenang

Semakin dekat subjek dengan seseorang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan individu untuk patuh. Beberapa studi menyatakan bahwa subjek akan menuruti perintah dari orang yang diyakini mempunyai wewenang, dengan menilai dari pakaian (misal seragam) atau petunjuk lain (seperti tanda pangkat, bahasa atau gelar).
b. Dukungan kelompok

Dukungan kelompok berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang patuh, makin besar individu lain untuk juga patuh. Demikian pula sebaliknya.
Bentuk ketiga dari pengaruh sosial adalah kekuasaan sosial (social power)
3. Kekuasaan Sosial

Studi mengenai konformitas dan kepatuhan ini tidak hanya berbeda dalam susunannya, tetapi juga sifat kekuasaan atau power, yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari power sebuah kelompok sosial, sementara tekanan untuk patuh datang dari power seseorang yang berwenang.Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang. Betram Raven dkk. Mengidentifikasikan tipe power.
a. Reward power (kekuasaan imbalan)

Pengaruh yang berdasarkan kepemilikan, yaitu kemampuan untuk memberi sesuatu yang diinginkan oleh oranglain atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan orang. Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati perilaku orang yang menjadi sasaran pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi imbalan atas kepatuhan yang diberikan sasaran.
b. Coercive power (kekuasaan hukuman)

Power untuk menghukum. Seseorang dikatakan mempunyai coercive power atas anda apabila ia mempengaruhi anda dengan cara mengancam akan mengambil sesuatu dari anda atau membuat anda menderita. Kelemahannya diperlukan pengawasan dari pemberi pengaruh terhadap perilaku sasaran atau menantang perintah. Masalah lain dari coarcive power, yaitu tumbuhnya kebencian terhadap pemberi pengaruh dan menghilangkan semangat sasaran, orang yang bekerja sama dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa adanya acceptance.
c. Legitimate power (kekuasaan legitimasi)

Sebagian orang dapat mempengaruhi kita karena adanya pengakuan dari kita bahwa mereka punya hak untuk melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka miliki. Ini merupakan pengaruh sosial berdasarkan kekuatan legitimasi. Contoh, seorang dosen punya legitimae power untuk menentukan tenggat waktu pengerjaan tugas untuk mahasiswanya. Legitimate power dibatasi oleh peran yang dimiliki seseorang. Dosen tidak punya legitimate power untuk menjadikan mahasiswa sebagai suruhannya.
d. Referent power (Kekuasaan rujukan)

Selain peran profesional, bentuk lain dari hubungan bisa mempunyai pengaruh sosial. DI bawah pengaruh referent power, seseorang yang mengidentifikasikan dirinya dengan pemberi pengaruh akan menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki oleh teman atau anggota keluarga kita, sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita, sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita. Akan tetapin power ini akan rapuh karena kebencian dan sikap tidak menghormati dapat memutuskan “kendali” yang dipegang oleh pemberi pengaruh atas sasarannya.
e. Expert power (kekuasaan ahli)

Didasarkan atas keyakinan seseorang bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan yang tinggi atau keahlian disuatu bidang tertentu yang berkaitan. Contoh, dokter anda menyarankan agar anada menurunkan berat badan maka anda akan menerima saran ini, daripada saran yang sama yang diberikan oleh petugas kebersihan. Dokter dianggap mempunyai keahlian mengenai kesehatan anda dan juga kesehatan secara umum. Hali inilah yang membuat dokter punya expert power dalam mempengaruhi kita tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan kita.
f. Informatinal power (kekuasaan informasional)

D. DAMPAK KEKUASAAN

Power tidakhanyaberdampakpadasasarandaripengaruhsosialtetapijugaberdampakpadasipemberipengaruh yang mempunyai power.
1. Dampak yang tidak mempunyai kekuasaan/tidak berdaya

Seseorang yang secara teratur di pengaruhi untuk berperilaku seperti yang diinginkan hanya menghasilkan compliance.Misalnya, anda mungkin menghormati atau bersikap diam – diam anda tidak menyukai atasan tersebut. Ini mungkin solosi atas masalah dari power yang dibicarakan sebelumnya: anda memodifikasi perilaku untuk menipu pemberi pengaruh, tanpa benar – benar mengubah sikap anda.Akan tetapi penelitian menyebutkan bahwa progran ketaatan perilaku waktu demi waktu, dapat menghasilkan acceptance. Misalnya setelah seharian menerima janji tersebut meskipun pada awalnya anda tidak memahami konsep janji atau ikrar tersebut.

Kebanyakan peran sosial yang kita miliki membuat kita sekaligus menjadi pemberi pengaruh dan sasaran pengaruh dalam waktu berbeda. Oleh karena itu, sebagian orang selalu powerful
atau powerless. Contohnya, seorang supervisor yang selalu memberi perintah kepada bawahannya, ketika dirumah, ia berada dibawah kendali orangtua atau pasangannya
2. Dampak terhadap yang mempunyai kekuasaan

Power dapat meningkatkan untuk meningkatkan kesempatan dan menggunakan powernya untuk mengontrol dan merendahkan sasaran. Proses dan kecenderungan ini dapat menjadi suatu candu dan kebiasaan yang merusak.
PERILAKU KELOMPOK
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia selalu membentuk kelompok – kelompok dan dalam kelompok itulah mereka berkomunikasi, baik antarsatu orang dengan orang lain atau satu orang dengan sekelompok orang.
Dalam pengembangan hubungan dengan oranglain, terjadilah saling pengaruh, sikap dan perilaku manusia berubah karena interaksi dengan orang lain.
A. KLASIFIKASI DAN PERAN KELOMPOK

Tidak semua kumpulan orang dapat membentuk suatu kelompok. Secara psikologis sebuah kelompok didefinisikan atas kualitas fungsional, bukan dari sifat fisiknya.
Sekelompok orang yang tidak saling berinteraksi atau mempengaruhi lebih tepat dianggap sebagai pertemuan bukan kelompok atau hanya kumpulan individu.
1. Peran Kelompok


a. Identitas

Kepemilikan dalam kelompok adalah suatu bentuk kategorisasi sosial, yaitu kelompok menjadi satu aspek dari identitas sosial. Misalnya, ketika memperkenalkan diri pada orang lain, mungkin anda akan mulai dengan menyebutkan sebagai mahasiswa suatu jurusan atau universitas. Kelompok rujukan tidak hanya penting bagi identitas, tetapi juga aspiraai. Ketika kelompok berhubungan dengan kelompok lain, individu akan membandingkan kelompoknua sendiri dengan kelompok lain.
b. Penyimpangan

Tujuan kelompok terkadang dapat mengesampingkan atau bertentangan dengan tujuan pribadi anggotanya. Seseorang yang melanggar norma kelompok demi pemuasan kebutuhan pribadi disebut sebagai penyimpang. Menurut teori perbandingan sosial, penting bagi para anggota kelompok untuk saling memvalidasi keyakinan. Penyimpangmengancam validasi tersebut dengan cara merusak atau mengurangi konsensus
c. Dampak sosial

Sebuah kelompok akan lebih besar berpengaruh pada setiap anggotanya jika kuat, pengaruhnya dekat, dan jika kelompok tersebut mempunyai jumlah yang besar.
2. Struktur dan Fungsi Kelompok

Psikolog sosial dari Harvard, Robert Bales, membedakan dua fungsi penting dari perilaku kelompok, yaitu agenda tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan agenda sosial yang mempertemukan kebutuhan emosional dan peran sosial anggota kelompok. Pertemuan dua agenda tersebut dilakukan oleh kelompok dengan beberapa struktur dan proses kunci, yaitu:
a. Norma

Norma didefinisikan sebagai aturan atau bagi perilaku yang diharapkan dan diterima. Kelompok mengembangkan norma – norma, bahkan secara tidak sadar, ketika mereka menyesuaikan penilaian satu sama lain. Dalam kelompok sosial, beberapa norma bersifat eksplisit, yaitu para anggota tahu tentang norma tersebut dan dapat menjelaskannya kepada anggota baru.
b. Peran

Peran adalah seperangkat norma yang menentukan perilaku yang pantas bagi kedudukan atau posisi sosial tertentu. Biasanya dalam kelompok terdapat peran, baik itu peran yang luas atau peran yang lebih spesifik lagi. Adanya peran dapat membedakan fingsi dan distribusi dalam kelompok. Penentuan peran mungkin didasarkan pada bakat individu.

c. Kohesi Kelompok

Mungkin kualitas yang paling berpengaruh dalam interaksi kelompok. Rasa ketertarikan dan kesetiaan yang memotivasi setiap anggota untuk tetap berada dalam kelompok.

Kohesi kelompok memiliki arti penting dalam keberadaan kelompok dalam hal berikut ini.
1) Kohesi erat hubungannya dengan kepuasan.
2) Kohesi mendorong produktivitas.


3) Kohesi mendorong semangat karena para anggota merasa diri mereka sebagai bagian dalam kelompok.
4) Kohesi mendorong komunikasi yang efektif dan efisien karena semua saluran terbuka.

Sebuah kelompok yang tidak kohesif akan cenderung menunjukkan sjumlah ciri, seperti ketidaan rasa terlibat dan ketidaan antusiasme.
3. Proses dalam Kelompok

Individu dalam konteks kelompok dapat berperilaku berbeda dari orang lain yang bertindak secara bebas tanpa ikatan dengan kelompok manapun. Untuk memahami dampak keterlibatan kelompok kita lihat proses kunci dari kelompok yaitu deindividuasi, fasilitas sosial, dan sosialisasi kelompok.
a. Dampak terhadap kesadaran diri, deindividualisme

Keterlibatan kelompok dapat memengaruhi selfawareness dan menciptakan deindividualisasi. Kondisi ini membuat individu kurang berpikir secara mendalam dan berperilaku sesuai kata hati.Dampak terhadap kesadaran diri, yaitu adanya pengueangan kesadaran diri, dapat berupa tindakan yang tidak konsisten dengan sikap individu tersebut dan penyerapan norma kelompok yang terlihat.
b. Dampak terhadap performance (kinerja): fasilitas sosial

Kehadiran orang lain dapat mendorong dan memudahkan pelaksanaan kinerja. Ini yang dimaksud dengan pengaruh fasilitasi sosial karena keberaddan oranglaindapat memudahkan pelaksanaan kerja.
Pengaruh kehadiran orang lain juga bergantung pada kompleksitas tugas, dengan keberadaan orang lain mendorong pelaksanaan tugas yang sederhana, tetapi mengganggu pelaksanaan tugas yang rumit.
c. Sosialisasi kelompok

Proses yang membuat pendatang baru untuk menjadi anggota seutuhnya dalam sebuah kelompok adalah sisoalisasi kelompok. Sosialaisasi berlangsung dalam serangkaian tahap, yaitu
investigasi, sosialisasi, pemeliharaan, dan terkadang resosialisasi dan kenangan.
4. Pembentukan Keputusan

Pembuatan keputusan adalah salah satu kajian penting dalam kelompok. Bahkan kelompok informal seperti teman atau rekan kerja akan menghabiskan waktu untuk membuat keputuasan. Kelompok formal mempunyai tanggung jawab atas keputusan, seperti bagaimana mengembangkan perusahaan atau membuat kebijakan untuk mewakili harapan dan kebutuhan konstituen yang memilih organisasinya.
Perhatian mendasar tentang membuat keputusan adalag apakah kelompok lebih baik dibanding individu dalam membuat keputusan?
Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan kelompok yaitu:
a. Tujuan Sama

Sebuah keputusan akan lebih baik jika seluruh anggota kelompok menerima tujuan yang sama.
b. Pembagian Tugas

Sebagian tugas lebih baik dibagi, dan sebagian tidak. Tugas yang dibagi yang mengarah kepada delegasi yang lebih baik dalam kelompok dan hasil akhir tercapai dengan baik pula.
c. Status dan Komunikasi

Anggota dengan status lebih tinggi akan berbicara lebih banyak dan lebih berpengaruh. Sedangkan anngota yang berstatus rendah akan tunduk pada atasan mereka.
d. Ukuran Kelompok

Semakin kecil kelompok akan semakin efisien pekerjaannya. Kelompok yang lebih besar akan mewakili lebih banyak pendapat, tetapi setiap anggota kurang berkontribusi dalam putusan akhir.
e. Heterogenitas Kelompok

Kelompok heterogen meliputi berbagai macam perbedaan, seperti ras, gender, umur, pekerjaan, sedangkan anggota dalam kelompok homogen lebih memiliki kesamaan satu dengan lainnya.
Dalam proses pembuatan keputusan mungkin terdapat bias, ada tiga bias sumber yaitu:
a. Predisposisi anggota

Dalam mempertimbangkan sesuatu anggota kelompok mempunyai kecenderungan masing – masing. Predisposisi anggota tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat.
b. Solusi Terendah

Kebanyakan orang sulit untuk menerima kritikan oranglain dengan nyaman, terutama ketika para anggota saling berhadapan dalam pembuatan keputusan kelompok. Ketika diajukan solusi terendah yang dapat diterima, anggota mendukung dan mengakhiri konflik diskusi. Ketika keputusan dicapai, anggota lebih mudah merasionalisasinya daripada mengkritisi atau menawarkan alternatif lain.
c. Pergeseran Pilihan

Jika anggota kelompok khawatir atau cemas untuk saling sepakat Kelompok mewakili masalah yang telah banyak dipelajari dan dikenal dengan polarisasi kelompok.
5. Polarisasi Kelompok

Berkaitan dengan pembuatan keputusan, dikenal adanya polarisasi kelompok. Ada yang berpendapat bahwa dalam kelompok individu menjadi kurang berani, kurang kreatif, kurang inovatif, menghindari resiko. Namun, ada yang berpendapat orang yang berasa dalam kelompok justru cenderung lebih berani.
Biasanya yang terjadi dalam kelompok adalah apabila sebelum diskusi kelompok para anggotanya mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu
B. KEPEMIMPINAN

Pemimpin adalah anggota kelompok yang berpengaruh, yaitu menuntun , mengarahkan dan memotivasi usaha yang dilakukan kelompok. Kepemimpinan merupakan perilaku dalam kelompok yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok,
1. Perilaku Kepemimpinan
a. Spesialis

Sebagai pemimpin kompeten di kedua peran dan dapat menyeimbangkan agenda – agenda tersebut. Sebagian lain mempunyai kelebihan pada salah satu tugas.
b. Kepemimpinan unggul

Pemimpin yang memberi yang terbaik yang ia bisa dan orang yang memerhatikan anggota - anggotanya.
2. Fungsi Pemimpin
- Pencapaian tujuan
- Pemeliharaan Kelompok
- Identitas Simbolik
- Perwakilan Kelompok
- Perubahan Kelompok

3. Cara Pandang Memilih Pemimpim
- Pendekatan yang baik bahwa pemimpin yang baik dilahirkan
- Pendekatan bahwa kepemimpinan adalah soal gaya
- Pendekatan Konteksual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar