Definisi atraksi interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah
kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya
tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang
yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
Teori atraksi interpersonal
- Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar.
- Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh.
- Exchange theory menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai
- Gain-loss theory menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan daripada orang-orang yang merugikan kita
Faktor yang
mempengaruhi atraksi interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal
dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini
adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:
- Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
- Kesamaan karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan,
tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling
menyukai. Menurut teori Cognitive
consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia
selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan
berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan
dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda,
dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
- Tekanan emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul
tekanan emosional, maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan
emosional ini dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
dengan membuat sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi.
Kepada kelompok pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek
eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan.
Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat
kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa
kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua
memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa
situasi yang membuat orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
- Harga diri yang rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang
direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia
makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri
cenderung mudah mencintai orang lain.
- Isolasi sosial.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing
untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan
pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat
isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
Faktor-faktor
situasional
- Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi
penyebab utama atraksi personal. Kita cenderung senang kepada orang-orang yang
berwajah tampan atau cantik. Mereka sangat mudah memperolah perhatian dari
lingkungan sekitarnya. Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang
menggunakan wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam bagian
promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.
- Ganjaran (Reward)
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang
yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah
semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan
laba yang banyak. Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi
psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.
- Familiarity
Prinsip dari familiarity
dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang”.
Ketika kita sering berjumpa dengan seseorang dan tidak ada hal yang
pentik untuk dibicarakan maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek
eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat wajah tertentu maka ia
akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja).
Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan
dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
- Kedekatan (Proximity)
Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat
tinggalnya berdekatan. Orang yang tempatnya berdekatan akan cenderung saling
menyukai. Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi psikologi itu
merupakan hal yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya netral mampu
mempengaruhi tatanan psikologis manusia. Hal itu berarti, mereka dapat
memanipulasikan tempat atau desain arsitektural untuk menciptakan persahabatan
dan simpati.
- Kemampuan (competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi
daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang
paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi
menunjukkan beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi
eksperimental, yaitu:
- Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
- Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
- Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
- Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah
Pengaruh atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita
berkumpul dengan kelompok yang banyak mamiliki kesamaan dengan kita, maqka kita
akan menyenangi mereka. Begitu juga sebaliknya. Menurut Wolosin dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011), komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling
menyukai.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Definisi hubungan interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang
baik. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi
interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya
sekadar menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang
menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu:
- Rumahmu dimana?
- Dimanakah rumah anda?
- Bolehkah saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah
dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini
dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967).
Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan
interpersonal seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm
(1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut
mewakili mazhab humanistik.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Diambil dari :
http://www.slideshare.net/bapakranger/10-atraksi-dalam-hubungan-interpersonal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar